Hafiz Faidillah (berdiri paling kiri), berfoto bersama beberapa anak asuhnya, Jumat (8/7/2011), di Kemah Juara, Cibubur, Jakarta Timur.
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak dua tahun lalu, Hafiz Faidillah bersama tiga rekannya meluangkan waktu satu kali dalam seminggu untuk terjun langsung memberikan pelatihan kepada anak-anak di Rumah Juara asuhan Rumah Zakat wilayah Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pelatihannya cukup beragam, disesuaikan dengan modul pelatihan yang diberikan oleh Rumah Zakat, mulai dari kesenian, kerajinan tangan, sampai pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan menghafal Al Quran.
Sekali memberikan pelatihan di Rumah Juara, rata-rata ia melatih sekitar 18 anak asuh. Dari profesi ini, ia mendapatkan Rp 15.000 per anak per jam. Jika dikalkulasikan, untuk satu kali memberikan pelatihan, Hafiz mendapatkan Rp 270.000. Relatif cukup untuk menopang hidup selama seminggu.
Namun, atas kesepakatan bersama para tenaga pelatih, pendapatan mereka (Hafiz dan ketiga rekannya) dipotong demi menambah uang kas Rumah Juara. Mereka rela.
"Dalam satu pelatihan, kami hanya mendapatkan Rp 20.000. Karena kami sepakat mengambil biaya transportasinya saja. Sisanya sengaja dipotong untuk menambah kas Rumah Juara," kata Hafiez saat ditemui Kompas.com di Kemah Juara, yang digelar Rumah Zakat, akhir pekan lalu, di Cibubur, Jakarta Timur.
Bagi Hafiz, menjadi tenaga pelatih di Rumah Juara semata-mata bukan untuk menambah penghasilan. Namun, lebih jauh dianggap sebagai pengisi waktu yang sangat menantang sekaligus media untuk berbagi ilmu.
Selain menjadi tenaga pelatih di Rumah Juara, pria jebolan D1 Politeknik Piksi Input ini adalah seorang guru di Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Mubarak, Banten. Dalam sebulan, Hafiz mendapatkan penghasilan sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 dari hasil mengajar di ponpes tersebut. Sementara itu, tiga rekannya berprofesi sebagai guru dan wirausahawan.
Dalam Rumah Juara, siswa asuh dipilih berdasarkan seleksi dari Rumah Zakat yang berperan sebagai lembaga pengasuh. Dengan kriteria siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Untuk wilayah Cikarang Utara, terdapat empat koordinator wilayah (korwil) yang masing-masing menampung lebih dari 10 siswa asuh. Setiap siswa mendapatkan Rp 50.000 per bulan dari Rumah Zakat dan sudah berlangsung sejak dua tahun lalu.
"Walaupun secara akademis kurang, jika punya semangat lebih untuk sekolah pasti akan dibantu," kata pria kelahiran Pendeglang, Banten, ini.
Ia berharap agar tak ada lagi anak-anak putus sekolah dan anak-anak akan selalu menjaga cita-citanya. Hafiz yakin, anak-anak asuhnya masih mempunyai waktu dan harapan yang yang sangat luas.
"Saya senang bisa menyelami karakter anak-anak melalui orangtuanya. Saya ingin terus mengajar di Rumah Juara, mengisi waktu luang, dan enggak semata-mata uang," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar